YOUR ORIGINAL CHARACTER WEBSITE

First meet.
-
Seragam Hazakura Private Academy. Sekolah itu lokasinya lumayan jauh, kenapa bisa ada siswanya di sini?" Maaf, di sini berbahaya, tolong menjauh," karena tidak bisa berteriak, Kana menarik lengan si pemuda agar menjauh dari tempat pertempuran Impmon dan Digimon lain.
"... Kalau gitu, aku join, ya. Biar pertempurannya cepat selesai."
"....?"
Setelahnya Impmon terheran-heran. Ada smartwatch yang bisa mengubah dunia sekitar menjadi tiruan dunia digital. Ada Digimon yang bisa berevolusi, lalu kembali lagi ke bentuk semula. Sejak hari itu, sebagaimana Amanokawa Hiro tertarik dengan keberadaan Impmon, sebaliknya, Impmon juga tertarik kepada Amanokawa Hiro—dan juga kepada perangkat berbentuk jam itu.
Fellow feeling.
-
"Hiro pinter masak, loh. Ngapain susah-susah bikinin dia makanan segala?"
"Hm... bukan soal pintar atau nggak, sih, " Kana memindahkan bubur ke dalam kotak bekal tahan panas, kemudian memindahkan teh ke dalam tempat minum. "Biasanya, dapur asrama adanya di lantai dasar... flu berat begitu, mau gerak juga badan sudah lemas duluan. Lagian nggak susah, kok. Ini bubur dan teh herbal yang biasa kubuat untuk Anna kalau dia sakit tenggorokan."
"Orang flu ga akan mati, btw. Kamu simpati karena... Hiro sendirian, ya? Kamu lagi lihat cermin?"
"..... aku... paham rasanya sendirian dan jatuh sakit," Kana merapikan bekal ke dalam tas bekal. Dengan bibi yang seorang idol laris dan nenek yang masih bekerja sebagai pemilik agensi, rasanya Kana sedikitnya paham saat Hiro bilang; "Ayahku hilang ke dunia digital. Ibuku ke luar negeri lama karena jadi relawan. Aku ambil asrama, karena pulang ke rumah juga nggak ada orang. Paling pulang sekali seminggu buat bebersih...."
"... terus, Hiro ada di asrama putra. Kamu gak bisa masuk, kan? Jangan bilang kamu suruh aku yang antar bekalnya," Impmon mengembalikan perhatian Kana pada kenyataan.
"Nggak, kok. Ada dia."
"Dia?"
Kayaknya ada sekelebat tentakel warna-warni yang lewat. Sebentar, itu kan... "Jellymon express siap mengantar dan menyediakan apa saja demi dapat cuan!"
Oh iya, yang satu itu bisa terbang, nembus tembok sesukanya, meskipun beda gender, tetap leluasa keluar-masuk asrama putra karena tinggal di kamar si "Darling"-nya, Kiyoshirou. Terserah, deh...
A Scar.
-
"Kamu ... punya bekas luka juga, ya?" Kana mendapati sisi telinga kiri Hiro.
Juga? "Hm... iya. Ini karena aku ceroboh saat menyelamatkan hewan, waktu aku lulus SD."
"Oh...."
Tapi, Impmon yang mantan pembunuh, tentu tahu, itu bukan bagian tubuh lazim untuk terluka akibat "tidak sengaja". Apalagi, itu ada di bagian daging lunaknya.
A Blanket.
-
"Hiro... cepat sembuh ..." Gammamon merayap ke pangkuan Hiro.
"Aku nggak apa-apa, kok. Cuma Flu," Hiro mengusap kepala Digimon lucu itu, kemudian kembali menyuap bubur kaldu ke dalam mulut. Hangatnya menyebar ke seluruh tubuh, menerbitkan senyum.
"Sayangnya hidungku mampet, aroma kaldunya kayaknya sedap," Hiro membetulkan posisi duduknya di atas kasur. Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya ada yang masakin aku waktu sakit, sejak kelas 5 SD.
Hiro merasa tubuhnya jauh lebih baik. Kapan terakhir kali rasanya dimanja, ya... rasanya seperti senyaman selimut....
A Dream
-
Hiro pernah 'ketempelan' Fujitsumon, Digimon yang bisa memprediksi nasib sial di masa depan. Setelah Digimon itu meninggalkan tengkorak kepalanya, kekuatannya masih tersisa. Alih-alih memprediksi masa depan, Hiro justru melihat masa lalu seseorang yang terakhir ia temui hari itu, melalui mimpi.
Tubuh seorang wanita bersimbah darah di sudut ruangan. Ada tangan yang berhasil mencengkram leher Hiro, kemudian Hiro merasa lehernya basah, diikuti rasa ngeri luar biasa, hingga berteriak saja rasanya tak mampu.
Di akhir pandangan yang mulai sayup-sayup, dia melihat Impmon berdiri, memandang ke arahnya.
Pagi itu, Hiro terlonjak bangun dengan meraba leher, dengan sekujur tubuh berkeringat. "... Impmon... yang kulihat itu berarti... sudut pandang Kana?" Hiro terdiam. Kemudian satu pemikiran membuatnya merinding.
Berdasarkan internet, orangtuanya Kana terbunuh karena perampokan. Rumahnya juga terbakar. Itu... 6 tahun yang lalu.... Kalau Impmon ada di sana... apa mungkin.... Impmon yang....
Hiro baru saja mengingat kembali janjinya kepada Impmon; pertukaran informasi tentang dunia digital dan jam Digivice.
Aku tentu nggak bisa memberikan benda penemuan Ayah kepada Digimon seberbahaya itu...
Impmon harus bicara. Ini bukan lagi jadi ajang pertukaran informasi, tapi negosiasi.
Negotiation
-
"Masuk aja, nggak apa. Gammamon lagi nonton anime di kamar Senpai," Digimon berbentuk setan itu dipersilakan masuk.
"Jadi, informasi apa yang mau kamu ketahui tentang dunia digital?" Impmom duduk seenaknya di kursi belajar Hiro. "Kalau soal ayahmu, mungkin aku kurang bisa membantu, karena ayahmu hilang ke dunia digitalnya setahun yang lalu, kan? Aku sudah di dunia manusia sekitar 7 tahunan."
"Apa saja boleh, kok. Detil kecil juga boleh. Nanti, ada hal yang mau kutanyakan. Jadi silakan mulai dari apa yang kamu tahu."
Awalnya hanya ajang kuliah tentang tempat asal Digimon, sampai akhirnya Hiro menyinggung soal mimpi itu, dan leher Kana. Impmon terdiam.
"... aku... butuh pernjelasan. Impmon...." suara Hiro tenang, tetapi lumayan menusuk.
"Hueh... kamu berpikir begitu, ya?" Impmon menghela napas, kemudian terkekeh. "Iya, betul. Itu kilas balik masa lalu Kana. Memang aku yang bakar rumahnya, Tapi--,"
Maka, malam itu, Impmon terpaksa membuka lembaran usangnya. Kenyataan yang Hiro dengar sangat berbeda dari apa yang dituliskan di internet... dan jauh lebih... mengerikan.
A Scarf
-
"LEHERNYA KENAPA?!" Kadang setelah bertempur menenangkan Digimon yang mengamuk atau mengincar manusia, tidak ada yang bisa menjamin keselamatan manusia yang bersinkronasi dengan Digimon partner mereka. Hari ini, untung, cuma syal yang lepas terkoyak, walau diiringi jerit terkejut Kiyoshiro.
"Oh ... maaf, tidak enak dilihat..." kedua tangan Kana spontan menutupi bekas luka di sana. Jantungnya berdegup tidak nyaman. Ruri dan Kiyoshirou-senpai jadi melihat bekas luka ini.
Syal merah tiba-tiba dililitkan di lehernya. Amanokawa Hiro merapikan syal miliknya yang sudah melingkari leher Kana.
"Senpai, bubar, yuk?" angsurnya kepada Kiyoshiro. "Jam malam asrama kita sebentar lagi, kan? Senpai bisa antar Ruri pulang. Kana biar aku yang antar."
Amanokawa Hiro jadi sulit diusir dari pikiran Hoshino Kana, sejak hari itu. ... Sebentar.... kenapa Hiro ... nggak kaget, lihat bekas lukanya?